27 Agustus 2025

Mirip Indonesia, Anak Muda Inggris Juga Pusing Cari Kerja

 Krisis Tenaga Kerja Muda di Inggris



    Anak muda Inggris saat ini tengah menghadapi krisis pasar tenaga kerja terburuk sejak pandemi Covid-19. Data Office for National Statistics (ONS) mencatat tingkat pengangguran usia 16–24 tahun mencapai 14,1% atau setara 634 ribu orang pada periode April–Juni 2025. Angka ini naik dari 13,4% tahun lalu, sekaligus lebih tinggi dibandingkan level sebelum pandemi.

Situasi makin berat bagi mereka yang baru pertama kali masuk dunia kerja. Laporan dari Adzuna, situs pencarian kerja di Inggris, menunjukkan iklan lowongan untuk lulusan baru, magang, dan posisi junior turun 4,5% pada Juli 2025 menjadi di bawah 210 ribu lowongan. Porsi pekerjaan entry-level kini hanya 20% dari total lowongan, padahal rata-rata 2022–2024 mencapai 27%. Ini jadi level terendah sejak Oktober 2020 ketika ekonomi Inggris masih goyah akibat pandemi.

Penyebab: Pajak Tinggi & Disrupsi Teknologi

Ada dua faktor utama yang menekan pasar kerja muda Inggris:

  1. Tekanan biaya tenaga kerja. Pemerintah menaikkan pajak gaji sebesar ÂŁ26 miliar serta menetapkan upah minimum baru, membuat perusahaan lebih hati-hati merekrut pegawai baru.

  2. Disrupsi kecerdasan buatan (AI). Pekerjaan administratif dan analis—yang biasanya jadi incaran lulusan universitas—berkurang drastis karena otomatisasi. Dalam setahun terakhir, lowongan untuk fresh graduate universitas merosot 28%, jauh lebih cepat dibandingkan penurunan posisi entry-level.

Selain itu, jumlah pemuda yang termasuk kategori NEET (Not in Education, Employment or Training) masih tinggi, yakni 923 ribu orang (12,5%). Lebih dari separuhnya bahkan tergolong inaktif alias tidak mencari pekerjaan sama sekali.


Situasi Serupa di Indonesia

Fenomena ini ternyata mirip dengan kondisi di Indonesia. Berdasarkan data Sakernas Februari 2025, tingkat pengangguran terbuka (TPT) untuk kelompok muda usia 15–24 tahun mencapai 16,16%. Artinya, dari setiap 100 orang muda yang masuk angkatan kerja, ada sekitar 16 orang yang menganggur.

Secara jumlah, pengangguran muda di Indonesia setara dengan 3,6 juta orang atau 8,01% dari total penduduk usia 15–24 tahun. Mereka bahkan menyumbang hampir setengah dari total pengangguran nasional (48,77%).

Karakteristik Pengangguran Muda Indonesia

  • Didominasi lulusan SMA/sederajat: 60,93% dari total penganggur muda.

  • Sarjana/diploma: hanya 8,78%.

  • Mayoritas belum pernah bekerja: Agustus 2024, dari 3,92 juta penganggur muda, sebanyak 2,8 juta belum pernah bekerja sama sekali.

Jika dirinci, kelompok usia 15–19 tahun menyumbang 1,43 juta penganggur, sedangkan usia 20–24 tahun mencapai 2,49 juta.


Benang Merah: Generasi Muda di Persimpangan

Baik di Inggris maupun Indonesia, generasi muda menghadapi tantangan besar menembus pasar kerja formal.

  • Di Inggris, faktor utamanya adalah biaya tenaga kerja tinggi dan otomatisasi AI.

  • Di Indonesia, masalahnya lebih ke skill gap karena dominasi lulusan SMA serta terbatasnya lowongan formal.

Kondisi ini memperlihatkan bahwa dunia kerja global sedang berubah cepat, dan generasi muda perlu adaptasi dengan cara baru—mulai dari meningkatkan skill digital, mengasah soft skill, hingga berani menjajal jalur alternatif seperti wirausaha atau pekerjaan freelance.

Baca selengkapnya »

Label: , , ,